Mengenai Saya

Foto saya
keturunan jawa asli yg numpang lahir dan numpang gede di MANADO, seorang anak gadis, seorang kakak, seorang cumlauder, seorang sarjana pertanian, seorang magister sains, seorang calon istri

Sabtu, 01 September 2012

Maaf, Ma. Ternyata Dikau Benar

1 September, ya hari ini.
Salam malam dari anak kos.
Niatan mengerjakan poster presentation sepertinya agak terbengkalai dengan curhatan di blog ini. Pagi hari, saat saya masih berusaha memahami makna reading, listening dan structure, papa bergegas ke Manado. Hal terakhir yang Beliau lakukan yaitu membelikan nasi perkedel, membelikan susu, air mineral botol, menyiapkan biskuit dan meninggalkan baju yang dipesan untuk tidak dicuci supaya kalau saya kange bisa menciuminya. Ya Allah, seketika itu juga langsung bertekad untuk HARUS BISA SELESAI DOKTORAL STUDI S3 INI DALAM WAKTU YANG SESINGKAT-SINGKATNYA DAN DENGAN NILAI YANG SEMPURNA. AMIIIIIN YA RABB.
Teringat dukungan semua pihak tanpa terkecuali, mereka yang pro dan kontra dengan passion saya ini. Mereka tidak tahu saja, saya berusaha mengandalkan beasiswa dan telah menjual tanah hasil tabungan saya semenjak TK. Sesungguhnya saya beruntung punya Ibu seperti mama, Beliau TOP! Speechless...
Kemarin saya ditelpon Dose Pembimbing Thesis, Mener Recky, Beliau tak sekedar menanyakan kabar tapi juga menawarkan bantuan untuk menghubunginya kalau ada keperluan dan kepentingan yang bisa dibantu. Sungguh saya merasa tertolong dengan semua orang baik yang ada di sekeliling saya. Dosen Mata Kuliah sewaktu S1 pula, Enci Grace menanyakan kabar via BBM dan iringan doa yang dikirim oleh dosen-dosen saya ini sungguh membuat hati saya tenang dan semakin yakin bahwa PASTI BISA!
Sepeninggalan papa, tentu saja kos menjadi lengang tapi tepat pukul 10 saya memutuskan pula untuk semakin melengangkan kamar ini karena bergegas menuju Gedung MKDU untuk ikut tes. Sesampainya di berlin, saya menumpang ojek (3000) dan sesampainya di gedung MKDU bagian atas, tampak ruang kelas yang atapnya lubang, AH! Ekspektasi saya terhadap IPB mungkin ketinggian tapi itu tentunya tidak akan mengendurkan semangat belajar, KUALITAS KUALITAS KUALITAS!!!
2 jam berlalu, Alhamdulillah soal terjawab semua, semoga benarnya juga banyak semua... Sebelumnya score 458 bahkan terbaru 421 cukup memiriskan hati saya sebenarnya. Standar S3 harus 475 itu pun belum bisa dikatakan bahwa seseorag itu memperoleh nilai A. Bismillah saja...
Pas depan perpustakaan, saya lalu bertemu reza dan ratna. Setelah mendaftarkan diri di perpustakaan, kartunya bisa diambil minggu depan. Pulangnya bersama reza menyusuri bateng dan malamnya bersama kak siska, kita menyusuri bara. Catatan keuangan kali ini sekitar 3000 (ojek)+8000 (nasi ikan mujair)+14400 (pewangi pakaian dan dabun cuci).Mental anak kos mencuat, senang dapat gratisan sikat pakaian dari kak siska karena sehabis membeli cermin buat dipasang di kamarnya. Trims...
Papa dan mama seharian menelpon dengan kabar yang berbeda. Mengakhiri celoteh random ini sembari membayangkan mama dan papa yang sedang berbincang-bincang yang pastinya membicarakan saya, dan ade yang seperti biasa nonton TV cekikikan sendiri...
I MISS...

Take care, Dad!

Saya menghabiskan waktu semalaman untuk tidur di 03 hingga 30 Agustus menyapa Kamarnya agak kecil. Barang belum diatur sepenuhnya karena berkeinginan untuk pindah. Alhasil saat itu juga saya memang pindah ke kamar 01. Lumayan luas, ada beberapa space yang tidak dimiliki 01. Sebenarnya semua ada plus minusnya. Hanya saja terkandung kitanya menata, saya saja harus memindahkan lemari agar menutupi jendela karena kamar saya tepat berada didepan, samping pintu masuk. Depannya jendela yang menghadap ke jalan, tempat orang lalu lalang, walaupun gang 5 meter dari jalan raya ini tidak begitu ramai dilalui orang.
Berkeinginan pindah dari kamar 03 yang saya tempati sehari disebabkan karena saya tidak mau nantinya terganggu dengan suara bising, karena kamar tersebut tepat bersebelahan dengan dapur dan ruang TV.
Setelah beres menata kamar, papa pun mulai membeli kipas angin, printer, ember dan lain sebagainya keperluan kos. Harganya belum sempat di-list. Saya berkeingina mengkalkulasi semua keperluan dan kebutuhan tepat tanggal 1 September saja karena saat itu memang starting point-nya saya menjadi anak kos sejati, sesungguhnya dan sepenuhnya...
Enaknya tinggal Bateng ialah akses ke semua lini mudah. Makanan, minuman, apotel, minimarket dan sebagainya ada disini. Tepat hari ini, saya menuju kampus (tanpa diantar papa, tumben) untuk verifikasi berkas. Sengaja berjalan kaki dari kos menuju berlin dan memang hanya ditempuh dengan waktu 5 menit saja! Setelahnya saya naik ojek (3000) karena cuaca panas yang tidak memungkinkan saya berjalan sendiri tanpa teman ngobrol, sepertinya hanya karena belum terbiasa saja. Sesampainya di Common Class Room, antrian masih panjang. Saya mengambil absen, membaca papan info, mendaftarkan diri di forum wacana, bertemu dan mengobrol dengan beberapa orang baru yang bahkan kemudian menjadi teman saya sekarang. Senangnya...
Tapi satu yang tak bisa terelakkan, mereka selalu bingung dengan umur dan strata yang saya tempuh sekarang. Ada apa sebenarnya dengan usia 22 tahun dan studi Strata 3 (S3) yang saya tempuh? Helloo.... So many people out there, who is awesome more than me!!!
Jadi inget kisa malam itu, ketika saya dan papa bergegas mencari keperluan kos. Ada ibu berjilbab berpapasan dan lalu kemudian bertanya-tanya kebingungan bahkan pulangnya saya masih disapa untuk mampir ke tempatnya. Saya bahkan diterka oleh si Ibu bahwa pikirannya santai saja tanpa beban, kelihatan dari wajahnya (wajah anak S1 siih hehe)
Cerita pas verifikasi sepertinya harus ada space sendiri karena ceritanya cukup unik mulai dari M1 bahkan sebelum itu hingga air seni dan sholat ashar menjelang maghrib ...
Yang pasti pulangnya dari verifikasi saya tidur hingga menjelang 31 Agustus menyapa dan seharian dirumah mengerjakan segala hal serta belajar untuk tes TOEFL esok harinya itu cukup menyenangkan, ditunjang dengan layanan internet gratis di kosan pula. Surgaaaa...
Tanggal 1 pun tiba.. papa pergi...

01 atau 03?

Tanggal 28 Agustus tepat pukul 12 siang WIB, kami tiba di soetta dengan mengeluarkan ongkos jasa porter seharga 50 ribu, setelah itu kami bergegas menuju 'Cempaka Rest' dan menemukan sapo tahu serta kikil sapi seharga 40-an ribu, dengan harga semahal itu tak ayal membuat seorang bule datang menghampiri pelayan dan menanyakan kebenaran harga dan porsi makanan tersebut karena menurutnya harganya terlalu mahal dengan porsi makanan yang terlalu-sedikit-banget!
Setelah asupan gizi terpenuhi kami melanjutkan perjalanan, niatan pertama untuk menaiki damri tapi papa berubah pikiran melihat barang bawaan yang begitu banyak. Akhirnya, tawaran taksi gelap avanza seharga 200-an ribu kami sambit dan mereka siap mengantarkan kami menuju kampus IPB Dramaga. Sepanjang perjalanan, kisah terus terurai, yang mana si bapak supir ternyata pensiunan Depdagri.
Sesampainya di kampus IPB Dramaga (Setelah sebelumnya sempat nyasar dan tanya orang sana sini), kami tiba di asrama Internasional, dengan tarif spesial karena ada event pengisian KRS kami lalu mengiyakan untuk menyewa 2 kamar seharga masing-masing 140 ribu. Fasilitas kamar mandi dalam, kasur yang empuk, meja dan kursi, 2 lemari besar dan kipas angin membuat saya cukup nyaman walaupun kamarnya agak kecil. Setelah malamnya lagsung dijamu reza bahkan ditawari untuk mengelilingi kampus di malam hari menuju Babakan Raya (Bara) yang ramainya minta ampun, banyak mahasiswa berkeliaran mencari sesuap nasi. Pilihan kami jatuh pada rumah makan Padang, makan bertiga dengan teh manis serta minuman dingin merogoh kocek sekitar 20-an ribu, lumayan terjangka. Kami lalu melanjutkan perjalanan melihat kos Zafira (yang kini saya diami), papa sepertinya tertarik dan langsung menghubungi pemilik kos untuk menanyakan perihal kos tersebut. Setelah itu kami bergegas pulang setelahnya dengan menumpangi ojek ketika sampai di Berlin.
Esok paginya, 29 Agustus kami dijemput reza lagi yang telah menunggu di gazebo asrama untuk keliling lagi. Kali ini kami menyusuri sisi lain IPB, dengan jalan yang lebar, bersih, asri, sejuk dan pemandangan hutan tengah kampus yang dicirika dengan batang pohon besar yang tumbuh tinggi menjulang, membuat kepala saya mendongak terus tanpa sadar. Melewati pertanian, teknik, gudang buku, kantin, tempat fotocopy dan tibalah kami di FEM, tempat kuliah saya kelak.
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju Graha Widya Wisuda (GWW), sempat berfoto ria dan perjalanan dilanjutkan ke perwira, tempat kos yang direkom sye, proses penyeberangan jalan agak sulit dengan situasi lalu lintas yang tak kondusif, sepertinya untuk saat ini perlu mengurungkan niat untuk ngekos disini. Setelahnya kami menerobos pintu pagar yang hanya bisa dilewati orang lalu lalang, ada pangkalan ojek didekatnya. Kami menelusuri lapangan depan GWW dan menuju logo IPB sebagai tujuan berfoto selanjutnya. Logo IPB tepat berada ditengah apitan green house, terus lagi kita akan temui Gedung Andi Hakim. Kami bergegas pulang dengan melalui jalan pintas lagi, menuju samping gedung Andi, melewati bank Mandiri dan danau buatan lalu tembus di Perpustakaan dimana gedung MKDU berada (tempat TOEFL Test). Setelahnya kami menaiki ojek menuju asrama.
Tepat hari itu juga papa memutuskan untuk segera pindah dan check out dari asrama menuju Zafira. Kami menyewa angkot Pak Unyil, yang anaknya dosen IPB dan sekarang sedang menempuh studi lanjut di Jerman!!! 50 ribu sebagai ucapan terimakasih mungkin tidak sebanding dengan tenaga, kebaikan dan tentu saja kisahnya...
Tibalah di kos, dilema memilih kamar kos pun terjadi.

Petualangan Dimulai!

1 September 2012.
Sudah terhitung 4 hari sejak 29 Agustus mendiami kamar kos 01 di 'Zafira' ini. Awalnya pernah sehari semalam mendiami kamar kos 03 tapi kemudian pindah tepat pada tanggal 30 Agustus, dengan beberapa alasan yang masuk diakal tentunya, setelah menimbang, mengingat dan memutuskan akhirnya keputusan pindah diambil, dengan dibantu papa, barang-barang diungsikan semua.
Kamar kos ini terdiri dari 2 lantai, kamar 01 tepat berada di lantai 1, dimana taman berada. Konsep rumahnya memang unik karena menempatkan taman di dalam/tengah rumah.
Hari ini, tepat pukul 8 papa bergegas ke terminal Baranangsiang untuk menumpang Damri menuju Jakarta dan terbang kembali ke Manado. Beliau harus menuntaskan urusan di kantor setelah urusan mem-verifikasi-kan anak gadisnya ke jenjang Doktoral di IPB telah terpenuhi. Jujur saja, ada yang beda dengan suasana kamar kali ini, yang biasanya papa sibuk membelikan makanan, minuman dan segala macam perlengkapan kos, kali ini saya benar-benar sendirian (walaupun sudah punya teman sesama penghuni kos juga). Baru kali ini jadi anak kos, di usia 22 tahun, disaat diri ini menempuh studi Doktoral (S3). Selama S1 dan S2 belum pernah terbayangkan bagaimana rasanya menjadi anak kos (meskipun banyak juga teman-teman yang ngekos).
Sebenarnya sepinya itu hanya karena tidak ada lagi omelan mama dan si bongsor yang memanggil kakak. Yah, minimal lah sekarang dan selama beberapa tahun kedepan tidak ada yang mengusap jidat untuk memeriksa apakah saya panas atau tidak seperti yang biasa dilakukan papa, tidak ada yang mengomeli saya kalau saya tidur larut seperti yang sering dilakukan mama, tidak ada yang bisa saya isengin untuk goda-godain, tidak ada yang saya bisa curhatin kejadian yang saya alami seharian ini sembari tangan jahil colek-colek sana sini dan tidak ada yang bisa saya cium tangannya kalau mau ke kampus. Minimalnya menyedihkan sekali ...
Tepat pukul 11, saya mengikuti TOEFL Test di Gedung MKDU Atas dekat gedung perpustakaan. Dari Berlin menuju kesana dengan menumpang ojek seharga 3000, padahal jaraknya cukup dekat, sekali ini saja mungkin karena belum tahu tempatnya kan? Beosk-besok uang 3000 itu bisa saya pakai membeli perkedel 6 biji. Selesai jam1, setelah bersua dengan reza dan ratna, saya menyempatkan diri membuat Library Card yang bisa diambil minggu depannya. Pulangnya bersama reza, kami berjalan kaki kembali menyusuri FEM, kantin fateta, gudang buku, pertanian, berlin dan tibalah di kost.
Sekarang saja, malam mingguan saya dan kak siska menyusuri babakan raya (bara) untuk makan malam di rumah makan Padang (nasi ikan mujair = 8000), setelahnya kami menuju apotek dan alfa mart membeli perlengkapan anak kos dan menemani kak siska membeli keperluan kosnya juga (semacam ember, kaca dan tempat aksesoris, PINK lho!)
Sekembalinya ke kos, saya teringat poster presentation yang DEADline nya mematikan, terngiang beberapa hari lalu untuk mencatat kisahnya dan memutuskan untuk 'berpetualang' mulai malam ini, saya mencatat pengeluaran dan mengkalkulasi kehidupan saya secara mandiri, mulai malam ini! BISMILLAH...

Galau Rantau Part 1

Selasa, 28 Agustus 2012
Pukul 9 pagi, kelak kan menjadi momen dimana setiap detik putaran waktunya akan menjadi hujaman semangat di kala badai kemalasan menerpa dan keingintahuan surut.
Pagi itu, ada sekitar 9 koper tertata rapi di teras rumah. Seluruh penghuni rumah telah bangun pagi, seperti biasa. Ibu sibuk dengan urusan di dapur, ade sibuk dengan “proyek mini”-nya, Ayah sudah siap-siap, begitupun saya. Belum pernah se-tidak semangat ini dalam melakukan perjalanan, bayangkan saja, saya harus meninggalkan rumah (sepertinya untuk beberapa tahun kedepan) dimana sejak usia 9 tahun saya mulai menghuni rumah itu, selebihnya saya harus meninggalkan orang-orang terkasih dan tersayang yang menemani saya hampir 23 tahun lamanya. Ya Allah …
Jemputan yang akan mengantarkan kami (Saya dan Ayah) ke airport Sam Ratulangi sudah tiba, kami bergegas, pamitan dan sesi sedih pun dimulai terkecuali ade, dia ialah orang paling lempeng di seluruh dunia. “Kak, berusahalah untuk tidak jatuh dan selesaikan secepatnya ya, Bismillah…” Inilah pesan yang Ibu ucapkan tanpa memandang dan tanpa memeluk saya, saya seakan tahu persis bahwa Beliau bukannya tidak mau tapi tidak mampu. Begitupun saya…
Saya mencium tangan Beliau dengan lemah, sangat lemah dan gemetaran…
Airmata tak terbendung lagi, dan dia tumpah membanjiri pipi.
Sepanjang perjalanan menuju bandara, tidak ada cerita di dalam mobil, yang ada hanya tarikan ingus dan usapan airmata. Seketika tersadar belum meminta maaf dan mengingatkan Ibu untuk tidak lupa mendoakan. Padahal saya tahu persis dan yakin sepenuhnya bahwa tanpa meminta pun, Ibu pasti memberi.
Sesampainya di airport, berkat bantuan jasa porter, barang bawaan yang sebegitu banyaknya tak terasa, saya jadi tidak begitu menyesal melayangkan selebaran 50 ribuan. Tapi, mulai sejak hari itu saya yakin bahwa uang ialah bukan segalanya!
3 jam perjalanan udara Manado-Jakarta tak bisa dilewati dengan nyenyak, saya tak bisa tidur dengan kondisi mata sembab dan hidung yang mampet. Di udara, betapa saya mengingat kembali kisah kasih 22 tahun di masa yang lampau, segala bentuk kenakalan, ketidakberdayaan, kemalasan, dan segala keburukan lainnya yang tanpa sepengetahuan saya mungkin sesungguhnya telah menyakiti hati Ibu, saya mohon maaf…
Maaf, Bu… Maaf…
Sesampainya di bandara Soetta, jasa potter tak terelakkan lagi, mari ucapkan selamat tinggal pada 50 ribuan. Kami pun bergegas mencari kendaraan ke Bogor, kali ini tidak naik damri tapi menyewa avanza 200 ribuan menuju Dramaga, Bogor. Sepanjang perjalanan, tangisan pun terulang, sesekali kering dan kemudian kembali basah…
Kiri kanan kulihat saja, banyak gedung pencakar langit~
Sesampainya di Bogor, mobil langsung diarahkan menuju asrama internasional IPB. Dengan tarif special event kami dapat kamar Nomor 20 dan 22 yang per kamar per malam per orangnya seharga 140 ribu, dilengkapi kamar mandi dalam, kasur yang empuk, lemari besar, dan meja belajar serta kursi yang empuk, semua terasa benar-benar berstandar internasional. Sungguh pelayanan yang mumpuni untuk para mahasiswa asing yang menghuni asrama tersebut walaupun ukurannya mungkin agak kecil.
Malamnya dan besoknya lagi, kami ditemani reza (temannya teman), untuk jalan-jalan keliling kampus. Menuju babakan raya (bara), daerah dimana makanan berlimpah dan melewati berlin, tembok yang filosofinya merupakan bukti kebebasan mahasiswa

Jumat, 24 Agustus 2012

BEAUTY AND THE BEST



TEMA : MEMPERCANTIK DIRI DENGAN KOSMETIKA HALAL

Yang halal jelas dan yang haram jelas. Di antara keduanya ada perkara-perkara yang kelam (syubhat/kabur/samar-samar) – HR. Bukhari


Pertama-tama, limpahan terimakasih dihaturkan kepada pihak BLOGdetik yang bekerja sama dengan LPPOM MUI serta WARDAH yang mengadakan lomba blog untuk mensosialisasikan Halal Is My Life. Karena telah memberikan kesempatan yang sangat luar biasa untuk memacu diri saya agar terus belajar dan saling berbagi dalam nasehat (terutama bagi sesama wanita cantik diluar sana), tidak sekedar melalui lisan tapi juga melalui tulisan.

Dalam kehidupan di dunia, wanita ditakdirkan oleh Allah SWT menjadi satu sosok yang indah dan dicintai. Nah, yang menjadi pertanyaan ialah mengapa wanita disukai dan dicintai oleh laki-laki? Salah satu jawaban utamanya ialah karena kecantikan yang dimiliki wanita. Setiap laki-laki dewasa yang sehat akalnya tentu menyukai wanita yang cantik. Kalau ada laki-laki yang tidak menyukai wanita cantik, barangkali ada suatu gangguan kejiwaan dalam dirinya.

Dalam buku “Tafakur” karya Mohammad Agung Wibowo, kita senantiasa diajak bertafakur tentang makna sebenarnya dari kecantikan. Ukuran kecantikan memang sangat relatif. Tak bisa dipungkiri bahwasanya setiap orang memiliki cara pandang dan pendapat masing-masing tentang kriteria cantik bagi seorang wanita. Mungkin ada benarnya bahwa “Nafsu mengatakan wanita cantik atas dasar rupanya, akal mengatakan wanita cantik atas dasar ilmu dan kepandaiannya, dan hati mengatakan wanita cantik atas dasar akhlaknya”

Dalam ajaran Islam, kecantikan pada seorang wanita memang penting, tetapi bukan yang utama. Mengapa? Karena kecantikan fisik akan pudar oleh waktu tapi kecantikan perilaku tak pudar meski oleh kematian. Menjadi penting ketika kecantikan kita memang dilihat oleh mahramnya (suami). Begitu sederhana, namun sangat bermakna.

Seperti yang dirangkum Fery Muhammad dalam bukunya “How To Be A Good Moslem?” bahwasanya “Jalanilah kehidupan ini dengan baik, milikilah kepribadian yang baik, perlakukan semuanya dengan baik dan berbekallah untuk akhiratmu dengan sesuatu yang baik”. Salah satunya ialah dengan mempercantik diri dengan kosmetika yang terjamin kehalalannya. Make-up yang menenangkan pemakainya (karena kehalalannya) dan menyenangkan jika dipandang (oleh mahramnya), maka Insya Allah wanita itu akan menjadi semakin cantik.

Jujur saja, saya mempercayakan ketenangan lahir dan batin saya dalam urusan kecantikan fisik pada Wardah, produk kosmetik yang mendapatkan sertifikasi halal pertama di Indonesia. Tiada yang lebih menenangkan dan menyenangkan selain merawat apa yang telah Allah SWT anugerahkan kepada kita, para wanita, dengan jalan yang halalan thayyiban.

Alangkah baiknya juga kecantikan fisik ditunjang dengan kecantikan non fisik berupa segala yang ada pada diri kita yaitu tingkah laku, sikap dan kepribadian. Sesungguhnya Allah Maha Indah dan Menyukai Keindahan. Insya Allah dengan mengamalkan hal ini, kita menjadi cantik luar dalam, cantiknya wanita salehah. Akhir kata, marilah wahai seluruh wanita pilihan Allah, percantiklah dirimu dengan kosmetika halal. Sebagai bekal menghalalkan dirimu menuju jalan yang diridhai Allah SWT. Amin 

“Ya Allah, sebagaimana Engkau telah membaguskan rupaku maka baguskanlah pula kelakuanku” – Doa saat bercermin


Berpose bersama Wardah lightening body lotion, matte lipstick dan luminous two way cake 

Referensi :
Muhammad, Ferry. 2008. How To Be A Good Moslem?.  Yogyakarta : Ananda Publishing
Wibowo, Mohammad Agung. 2008. Tafakur. Solo : Kahfi Publishing

Pameo Cap Tikus: “1 seloki menambah darah, 2 seloki masuk penjara, 3 seloki ke neraka”

“... Minumlah dengan seksama atau dirimu akan terminum. Sebab hidup selalu menyimpan haus yang lebih dari sekedar rasa ingin menuntaskan dahaga...” – Sumirat Lohjati (The Art of Drinking)

Sebenarnya jargon “Brenti Jo Bagate” ini ditujukan kepada siapa? Para pemabuk yang memang lihai menegak minuman keras sehingga bakuku merupakan cara mengekspresikan diri yang paling tepat? Atau, para pemabuk yang berkat kelihaiannya pula dapat kita jumpai di pinggiran jalan tengah terperosok di lubang got setelah semalaman mabuk-mabukan? Atau, malah anak sekolahan yang tugasnya telah beralih fungsi dari seorang generasi penerus Bangsa menjadi anak yang mempermalukan orangtua dengan marak diketemukannya para pelajar tengah asyik berpesta minuman keras (miras)? Selaku bagian dari para peminum yang aneh, mari kita jawab dan benahi bersama.
Dalam The Art of Drinking dijelaskan bahwa dunia manusia ialah dunia minuman, sebuah dunia yang selalu basah. Maka jangan heran bila kita bertamu, untuk kali pertama kita pasti akan disuguhi minuman atau sekedar ditanya “Mau minum apa?”. Betapa situasi hidup manusia selalu lekat dengan minuman, bukan? Sejarah minuman dan keberminuman sungguh menarik untuk ditilik lebih jauh, hingga kita bisa memetik kearifannya. Manusia ialah peminum sejati dimana selalu menjadi spesies yang menanggung kehausan. Sifat ini tanpa terkecuali menjadikan sejarah hidup manusia selalu memadai manakala diungkap sebagai kisah petualangan keberminuman yang tak pernah selesai. Sebuah kisah yang membuat dunia manusia selalu identik sebagai dunia minuman, ruang dimana petualangan rasa dan seni cara mereguk yang begitu unik, mistis, religius dan meriah. Menjadi semacam aneka sensasi basah yang berlimpah. Betapa terdapat basah yang menyedihkan, yang dalam, yang khusyuk, penuh syukur serta terdapat pula basah yang gelap.
Manusia ialah peminum laten, yang bahkan bisa minum dengan situasi dimana ia tidak merasakan haus sama sekali. Manusia membutuhkan minum bukan sekedar untuk menopang keeksisan tubuhnya melainkan juga untuk memperoleh kesenangan dan kegembiraan. Namun begitu terdapat pula individu-individu yang minum bukan karena untuk memperoleh kesenangan melainkan karena kepedihan yang mencengkeram batinnya, seakan Tuhan ada dalam gelas-gelas minuman mereka!
Maka, no way out, minum akhirnya menjadi pilihan yang paling masuk akal untuk tidak bunuh diri dan tidak membunuh orang. Minum kemudian menjelma menjadi hasrat yang aneh dimana hidup mati-matian terus dipertahankan sekaligus dihancurkan dengan diam-diam. Minum lalu menjadi fenomena menakjubkan yang memunculkan beragam keunikan : terkadang harmoni, paradoks, ironi namun terkadang tragedi. Hanya saja banyak orang yang mengabaikan hal ini. Sokrates adalah sejarah bagaimana sebuah keberminuman menjadi sesuatu yang agung dan abadi, ketika dia memutuskan untuk meminum racun. Minum bukan pekerjaan sederhana melainkan pekerjaan yang sangat berat karena keberminuman diri tidak sekedar membutuhkan nalar akan tetapi laku hidup yang total dan sepenuhnya, lain halnya dengan keberminuman tubuh. Pekerjaan sebiasa “minum” bisa menjadi pekerjaan yang sama sekali tidak sederhana, sebaliknya menjadi penentu, bagaimana hidup dan mati dimaknai.
Mari kita perbincangkan “Minuman, Tragedi dan Kepedihan” dimana kemanusiaan, dalam setiap perputaran roda sejarah, hampir-hampir seperti orang yang berjalan di malam yang gelap dan hanya diterangi oleh kilatan cahaya semata. Ada banyak perubahan sikap, namun mereka seolah buta untuk keluar dari masalah ini. Kenyataan ini larut dalam sejarah minum manusia yang terkadang justru melahirkan berbagai situasi yang menyayat. Meski minuman itu sendiri adalah sebuah berkah dan keberminuman adalah perayaan berkah hidup yang ada. Akan tetapi dalam banyak situasi berkah itu justru melahirkan malapetaka yang begitu mengenaskan. Ironis memang tapi begitulah hidup manusia. Terkadang indah dan begitu basah, namun terkadang begitu penuh kepedihan dan kehancuran.
Meski manusia membutuhkan minum untuk menjaga hidupnya, akan tetapi manusia tetap memiliki kebebasan membuat pilihan, dengan tidak meminum apapun, meski hal itu akan mengorbankan hidupnya. Minum menegaskan betapa keberminuman menjadi sesuatu hal yang terhubung persoalan etika, yang menghadapkan manusia pada persoalan nilai dalam hidup. Minum disini tidak lagi disadari sebagai persoalan jasad atau kebutuhan tubuh, sebaliknya sebuah sikap etis yang senantiasa membawa seseorang pada perilaku etika tertentu. Kebanyakan dari kita kerap meminum minuman yang salah serta meminum dengan cara yang tidak tepat, sehingga keberminuman tersebut selalu menunjuk pada situasi paradoks dimana justru terminum oleh hasrat keberminumannya sendiri. Walhasil kita pun minum sesuka hati tanpa mempedulikan apa dan bagaimana hakikat minum dan keberminuman.
Suatu ketika, saat hidup dibendakan, kita akan menemukan adanya ungkapan, bahwasanya hidup tidak lain hanya soal memilih minuman. Maka kemampuan mengenali minuman menjadi bagian terpenting guna memperoleh minuman yang tepat. Namun saat hidup menjadi sebuah “sikap dan laku”, ungkapan yang muncul, bukan bagaimana memilih minuman, sebaliknya bagaimana caramu meminum. Tujuannya ialah untuk memperoleh keberminuman yang sungguh-sungguh, minum yang tidak terminum.
Tidak penting apa yang kau minum dan minuman apa yang ada di genggaman tanganmu, yang terpenting ialah bagaimana caramu dalam meminumnya. “Jika engkau tahu cara meminumnya maka hidupmu pasti akan menyenangkan”. Sekali lagi, minum bukanlah sesuatu hal yang biasa melainkan sesuatu yang secara budaya memiliki makna juga posisi yang begitu penting terkait dengan nilai dalam hidup itu sendiri. Cara minum berkaitan dengan cara hidup. Berikut ragam minuman menjadi hal yang tidak bisa dipungkiri kehadirannya, salah satunya Cap Tikus.
Cap Tikus, siapa yang tidak kenal minuman yang satu ini? Wikipedia (2012) melansir Cap Tikus merupakan minuman tradisional Minahasa yang mengandung alkohol rata-rata 40 persen yang dihasilkan melalui penyulingan saguer (cairan putih yang keluar dari mayang pohon enau atau seho dalam bahasa daerah Minahasa). Saguer dimasak kemudian uapnya disalurkan dan dialirkan melalui pipa bambu ke tempat penampungan. Tetesan-tetesan itulah yang kemudian dikenal dengan minuman Cap Tikus.
(sumber : wikipedia)
Alkohol tak ubahnya menjadi air susu yang baru dalam masyarakat yang makin mengalami pendangkalan. Di sebagian wilayah bumi, alkohol masuk dalam hal yang sangat dibutuhkan disaat santai, perayaan, upacara agama dan berbagai jenis pesta. Nilai keberadaan alkohol sebagai agen perusak individu semestinya membuat kita berpikir dan mengoreksi diri lagi. Kenyataan ini tentu saja menjadi kepedihan tersendiri. Sebab hal itu menunjukkan betapa seiring dengan kemajuan yang ada, kecintaan pada minuman alkohol menunjukkan betapa manusia makin memiliki hidup yang ahistoris. Padahal sejarah telah begitu panjang mengabarkan bagaimana alkohol selalu lebih banyak melahirkan tragedi dan kepedihan ketimbang keindahan. Alkohol yang mengharu biru di suatu peradaban ibarat minyak pelumas, etil alkohol jenis alkohol yang dapat diminum mampu melancarkan interaksi sosial. Ia menjadi minuman shopisticated di setiap jamuan makan. Di dunia medis alkohol sampai sejauh ini ternyata sangat dibutuhkan. Lebih dahsyat lagi, alkohol (khususnya minuman berlakohol) bahkan mampu berperan sebagai agen perusak individu dan masyarakat yang (paling) efektif dan efisien.
Pemerintah bukan tidak pernah melakukan daya upaya meminimalisir dampak akibat dari segala macam sebab yang terjadi, toh pelarangan yang ada hubungannya dengan konsumsi alkohol masih menjadi satu-satunya pendekatan yang efektif sampai saat ini - (Semisal ide kreatif Lomba Blog yang digelar oleh Komunitas Blogger Sulawesi Utara bekerja sama dengan Telkomsel Manado serta POLDA Sulut ini) - ketika pengobatan farmasi untuk para pecandu alkohol terbukti tidak efektif dan tidak (cukup) bermanfaat.
Trotter (1813) menyatakan bahwa ketidaktepatan mengkonsumsi alkohol adalah sebuah penyakit. Selain itu, menurutnya kebiasaan dan rutinitas mengkonsumsi cairan keras itu dapat menyebabkan penyakit lever, ketidakramahan, disfungsi dan kerusakan mental, sekalipun pada kenyataannya para pecandu alkohol jarang terlihat sakit. Dari itu alkoholisme kerap diungkap sebagai penyakit mematikan jika tidak diobati. Alkohol adalah obat yang paling sering digunakan dan disalahgunakan secara luas sebagai obat psikoaktif di dunia.
Di Jepang, seperti yang dilansir oleh Wikipedia (2012), ragam minuman yang dapat dijumpai misalnya shochu yang merupakan minuman keras populer sejak dulu di kalangan rakyat, karena harganya lebih murah daripada sake. Shochu dikenakan pajak minuman keras yang lebih rendah sehingga bisa dijual dengan harga lebih murah. 
Sumber : Wikipedia
Salah satu cara untuk menghentikan kebiasaan menenggak miras atau paling tidak menguranginya adalah dengan cara mengeluarkan peraturan daerah tentang minuman keras. Dalam peraturan itu ditetapkan miras sebagai barang mewah. Dengan pajak yang sangat tinggi sehingga harganya menjadi mahal. Dengan demikian, tidak semua orang mampu membelinya. Sejatinya, peran pemerintah dalam mengatur pajak minuman keras tentunya sangat berpengaruh terhadap produksi dan penyebaran minuman keras di kalangan masyarakat.
Masyarakat (dalam hal ini para petani aren/penghasil nira/pengolah cap tikus) pun tak perlu risau nantinya, diversifikasi produk perlu diterapkan disini misalnya captikus dapat menjadi bioetanol yang menghasilkan bahan bakar minyak ramah lingkungan. Di Sulawesi terutama Sulawesi Utara, tuak (baca: cap tikus) diproses lebih lanjut dengan penyulingan sehingga diperoleh minuman yang mengandung kadar alkohol tinggi sehingga sangat gampang memabukkan. Jika di masa lalu, khususnya di kalangan para petani, Cap Tikus menjadi pendorong semangat kerja, lain hal lagi dengan kaum muda sekarang. Kini Cap Tikus telah berubah menjadi tempat pelarian. Cap Tikus telah berubah menjadi minuman tempat pelampiasan nafsu serta menjadi sarana mabuk-mabukan yang kemudian menjadi sumber malapetaka (Wahr, 2007).
Menurut NIDA Report (2012), penelitian ilmiah tentang kecanduan alkohol dan berikut ini ialah persentase kematian terkait alkohol :
1.       5 % dari semua kematian dari penyakit sistem sirkulasi
2.       15 % dari penyakit pada sistem pernapasan
3.       30 % dari kematian dari kecelakaan yang disebabkan oleh api
4.       30 % dari semua kecelakaan tenggelam
5.       30 % dari semua kasus bunuh diri
6.       40 % karena kecelakaan jatuh
7.       45 % dalam kecelakaan mobil
The National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism menyatakan bahwa orang yang memulai minum-minum sebelum usia 15 tahun, cenderung mejadi alcoholic dibandingkan individu-individu yang mulai minum pada usia 21. Secara umum, remaja tidak dapat mengontrol diri saat mengkonsumsi alkohol dan karena itu menunjukkan insiden perilaku kekerasan dan kriminalitas.
Alkohol memainkan peran penting dalam kekerasan. Penelitian mengotentikasi keberadaan empiris yang sangat kuat dan konseptual hubungan antara aktivitas kriminal dan penyalahgunaan alkohol. Studi tentang tahanan dan populasi peradilan pidana secara konsisten menemukan pengaruh tingkat tinggi akibat alkohol dan penggunaan narkoba. Kecelakaan jalan merupakan bagian dari implikasi lain penggunaan alkohol. Asupan alkohol dapat mengubah jiwa si pengemudi yang pada gilirannya mengakibatkan kecelakaan kendaraan bermotor. Konsumsi alkohol yang terlalu tinggi menurunkan kinerja dalam mengemudi, yang dapat mengurangi peluang kelangsungan hidup dalam berkendara. Bahkan asupan alkohol terlalu banyak dapat melemahkan refleks syaraf dan cenderung kehilangan kontrol diri (batas toleransi yang diperbolehkan untuk kesehatan yaitu 0,1 persen). Bayangkan apa yang akan terjadi jika Anda dalam pengaruh akohol saat menghadapi masalah, saya yakin masalah tersebut akan diakhiri dibalik terali besi atau penjara bahkan di lahan berukuran 2x3 meter. Masihkah Anda nekat ingin mencoba meminumnya lagi??? Brenti Jo Bagate!!!

“...Hidup memang harus minum, akan tetapi minum dalam hidup tidak boleh dilakukan secara asal dan membabi buta. Sebab hidup sesungguhnya tak ubahnya seperti orang mampir minum. Minum disadari sebagai hidup yang selalu fana dan hancur. Oleh karena itu tidak seharusnya keberminuman dalam hidup dilakukan secara membabi buta...” – Ungkapan Jawa

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Referensi :
Lohjati, Sumirat. 2011. The Art of Drinking. Yogyakarta : Immortal Publisher
NIDA. 2012. Alcohol. www.drugabuse.gov diakses tanggal 20 Agustus 2012
Trotter. 1813. An Essay, Medical, Philosophical and Chemical, on Drunkennes. Anthony Finley, Phil.
Wahr, Roderick. 2007. Makanan dan Minuman Khas Minahasa. www.theminahasa.net diakses tanggal 20 Agustus 2012
Wikipedia. 2012. Cap Tikus. www.wikipedia.com diakses tanggal 20 Agustus 2012
Wikipedia. 2012. Shochu. www.wikipedia.com diakses tanggal 20 Agustus 2012